Riya’ adalah menampakkan amalan sholih dalam rangka mencari pujian manusia. Riya’ begitu samar dan saking samarnya sampai dikatakan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– lebih bahaya dari Dajjal. Dan kita pun sudah tahu bagaimana bahaya Dajjal, namun riya’ masih lebih bahaya.
Ada hadits dari Abu Sa’id Al Khudri di mana ia berkata,
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ « أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ». قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ « الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami dan kami sedang mengingatkan akan (bahaya) Al Masih Ad Dajjal. Lantas beliau bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih samar bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, para sahabat berujar demikian kata Abu Sa’id Al Khudri. Beliau pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 4204. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa haditsnya hasan).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Kesamaran syirik.
2- Kita harus takut akan bahaya fitnah Dajjal dengan berlindung pada Allah dari fitnah tersebut. Baca Bahayanya Dajjal.
3- Meskipun Dajjal berbahaya, namun syirik khofi lebih berbahaya dari Dajjal.
4- Kenapa dikatakan lebih Nabi khawatirkan daripada fitnah Dajjal? Karena Dajjal hanya muncul pada waktu tertentu, sedangkan riya’ bisa muncul di setiap tempat dan waktu.
5- Karena samarnya riya’, maka itu menunjukkan bahayanya dan seseorang harus berusaha keras untuk menghindarkan diri darinya. Baca pula Riya’, Yang Paling Nabi Khawatirkan.
‘Ali bin Abi Tholib menyebutkan 3 ciri orang yang riya’ dalam ibadah:
1- Malas ketika sendirian ( tidak dilihat orang lain)
2- Semangat jika di hadapan orang lain
3- Menambah amalan jika ada yang memuji (Dinukil dari Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Al Ghozali).
Semoga Allah mudahkan kita dalam beramal yang ikhlas meraih ridho-Nya.
Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
Al Jadid fii Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz As Sulaiman Al Qor’awi, terbitan Maktabah Ay Yawari, cetakan keempat, 1424 H.
—
Riyadh-KSA, 25 Rabi’ul Awwal 1434 H